JEJAK CINTA “LAILA & MAJNUN” DAN KISAH ASMARA ABABIL YANG KONTROVERSIAL



Oleh: Salmafjr

Tiada kisah cinta yang lebih gila seperti kisah cintanya Majnun (Qais) terhadap Laila. Tidak banyak kisah cinta yang mempengaruhi kisah cinta lain kecuali kisah si gila Majnun terhadap Laila. Kisah yang begitu tersohor seantero jagat raya pada masanya. Konon, kisah mereka telah menginspirasi William Shakespeare dalam menuliskan kisah cinta ‘Romeo dan Juliet’. Benar-benar telah berhasil penyair Syaikh Nizami membawa kisah mereka hingga menjamah dan tetap santer sampai hari ini.

Sebagai salah satu penggemar kisah tersebut, saya menginterpretasikan kisah cinta Laila & Majnun dalam kehidupan asmara remaja hari ini, yang sedikit banyaknya mirip-mirip tapi berbeda. Kisah-kisah anak muda yang cintanya penuh dengan drama dan kontroversi. Perselingkuhan, kekasih tak dianggap, backstreet, cinta bertepuk sebelah tangan, lalu dan lalu.

 Masih hangat dalam ingatan saya bahwa tahapan mencintai dalam kisah Laila & Majnun tak ubahnya fase cinta remaja zaman sekarang. Mulai dari cinta pada pandangan pertama, keindahan jatuh cinta, angan-angan tanpa batas, hasrat yang bergejolak, terobsesi pada yang dicintai, patah hati, putus asa, hingga hidup segan mati tak mau.

Kisah Laila & Majnun memberi kesan bahwa kesalahan terbesar Qais adalah menjadi Majnun, sebab telah mencintai orang yang disukainya melebihi dirinya sendiri. Begitulah kisah cinta mereka seakan-akan merayap pada kisah asmara remaja dewasa ini. Namun, bukan berarti kisah tersebut menggambarkan pengalaman picisan sepasang insan yang cengeng bak di drama FTV. Melainkan, terdapatnya pula pengalaman sufistik yang hakiki dengan sang khalik dan syarat dengan moral baik dan buah hikmah yang dapat dipetik dari kisah tersebut. Jika kita telaah dari sudut yang berbeda.

Memang, zaman sudah memar dan mudah terluka. Kisah romansa anak muda menjadi getir candu penikmatnya. Menerobos kegelisahan politik serta ekonomi Negara, kisah cinta para remaja seakan lebih menikam dibandingkan unsur kemanusiaan lainnya. Para ABG yang terhitung labil lebih mendambakan menjadi sosok “relationship goals” dibanding menjadi pribadi yang menjatuhkan dirinya dalam kiprah perjuangan bangsa dan negara.

Simak saja, kecenderungan remaja zaman sekarang dalam memilih film, lagu, dan karya cipta lainnya seringkali tanpa meleset dari dugaan merujuk pada kisah-kisah cinta anak muda atau dewasa yang manis, kinyis-kinyis dan tragis.

Dalam hal ini telah tergambar bahwa carut-marut kehidupan percintaan yang difitrahkan dengan keadaan suci kerap menjelma racun yang menyakiti bahkan mematikan. Persepsi manusia tentang cinta sebegitu gamangnya. Sehingga seringkali ditafsirkan sebagai sesuatu yang ‘njelimet’. Padahal ‘jatuh cinta itu biasa saja’ kalo kata Efek Rumah Kaca.
 
Maka, marilah resapi barang sedikit jejak cinta Qais yang Majnun terhadap Laila. Sekalipun atas nama cinta, cukuplah kekeliruan Qais menjadi pelajaran dari segala pelajaran yang bisa kita cermati kisahnya. Peliharalah rasa cinta sebagai fitrah yang dianugerahkan Tuhan terhadap manusia. Jangan biarkan cinta menjadi liar menguasai akal sehat dan diri sendiri. Justru sebaiknya, buatlah perasaan cinta menjadi bahan bakar kita dalam memperindah dan memperbaiki diri.[]

Jakarta 24 Juli 2018 11:57 PM

Komentar